I. PROFIL
Perjuangan Shyamalaganga
Shyamalaganga adalah salah satu perkumpulan anak nagari Koto Tangah Simalanggang dibidang seni dan ilmu pengetahuan budaya. Shyamalaganga bergerak dilingkungan Koto Tangah Simalanggang dan di luar nagari Koto Tangah Simalanggang, yang memegang dua peranan penting yaitu untuk mempertahankan sekaligus memajukan seni tradisional minangkabau dan memajukan nagari Koto Tangah Simalanggang. Shyamalaganga lahir dari pemikiran-pemikiran beberapa masyarakat nagari Koto Tangah Simalanggang yang ingin melestarikan sekaligus memajukan nagari Koto Tangah Simalanggang.
Awal terbentuknya Shyamalaganga pada tanggal 01 September 2016, namun sebelum-sebelumnya sanggar seni ini sudah aktif menampilkan penampilanya di beberapa acara, tetapi legalitas sanggar Shyamalaganga ini baru didapat pada tahun tersebut. Perkembangan sebuah komunitas terkadang mengalami langkah maju dan langkah mundur. Begitu juga dengan Shyamalaganga yang juga pernah mengalami masa vakum. Namun, hingga sekarang dengan berkesenian dan berkreatifitas Shyamalaganga masih akan berkomitment menjaga eksistensi Shyamalaganga dan akan terus aktif berkegiatan.
Menurut "Dr. Revrisond Baswir" (Putra Nagari Koto Tangah Simalanggang) dalam kutipannya, Nama Shyamalaganga diambil dari nama dua orang dewi yang dihormati dalam agama hindu. Dewi Shyamala adalah dewi seni dan pengetahuan, sedangkan dewi ganga adalah dewi kemuliaan dan kesuburan yang di latar belakangi oleh banyaknya peninggalan agama hindu budha di daerah Sumatera Barat dan sekitarnya seperti prasasti Bukit Gombak di Tanah Datar, prasasti Padang Roco di Dharmasraya, Candi Muara Takus d Kampar, Candi Bahal di Padang Lawas, dan Candi Tinggi di Jambi. Sehingga tidak tertutup kemungkinan bila kata “Simalanggang” berasal dari ungkapan bahasa sanskerta “Shyamala dan Ganga” seperti yang telah di terangkan di atas.
Jika penjelasan tersebut dapat dibenarkan, maka keberadaan nagari Simalanggang besar kemungkinan erat kaitanya dengan keberadaan batang (sungai) sinama yang mengalir di wilayah tersebut yang fungsinya sebagai tempat mandi dan untuk mengairi sawah. Sehingga ada kemiripan dengan sungai gangga di India. Kata “nagari” dalam bahasa tamil sepadan dengan kata “town” dalam bahasa Inggris. Maka tidak tertutup kemungkinan bila secara Etymology, kata Simalanggang mengungkapkan keberadaan suatu kampung yang dihuni oleh penduduk yang mencintai seni dan ilmu pengetahuan.
Mengacu kepada kilas sejarah di atas, maka nama Shyamalaganga di atas di rasa cocok untuk dijadikan nama sanggar seni di nagari Koto Tangah Simalanggang, karena nagari Koto Tangah Simalanggang merupakan pemekaran dari Nagari Simalanggang.
Pengurus Shyamalaganga saat ini terdiri dari ketua,wakil ketua, sekretaris, bendahara, koordinator tari, koordinator musik, koordinator alat, koordinator teater, dan koordinator acara. Perekrutan anggota Shyamalaganga saat ini dilakukan secara berkelanjutan dan tidak mengenal penetapan waktu perekrutan. Keanggotaan sanggar bersifat seumur hidup kecuali ada kesalahan khusus yang mempengaruhi keberadaan sanggar. Sanggar Shyamalaganga dalam perekrutan tidak mengklasifikasikan umur untuk berkegiatan di sanggar. Mulai dari usia Taman Kanak-kanak hingga lansia diperbolehkan berkegiatan di sanggar Shyamalagangga, namun yang membedakannya hanya dalam proses pembelajarannya saja yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan usia.
Sanggar Shyamalaganga saat ini memiliki delapan bidang yaitu :
Ada pun sembilan bidang di atas memiliki peran untuk menjaga, mempertahankan, memajukan, dan mengikuti. Peran sanggar Shyamalaganga untuk menjaga budaya-budaya Minangkabau agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman yang sejalan dengan mempertahankan. Mempertahankan merupakan salah satu cara masyarakat atau sanggar Shyamalaganga mencintai budaya dan daerahnya sendiri. Setelah menjaga dan mempertahankan terwujud, maka sanggar Shyamalaganga akan memajukan budaya Minangkabau kepada lingkungan sekitar khususnya. Terakhir yaitu mengikuti, mengikuti maksudnya yaitu sanggar Shyamalaganga juga akan mengikuti perkembangan seni tanpa mengikis atau meninggalkan budaya sendiri. Karena sanggar Shyamalaganga juga akan menyesuaikan dengan zaman dan kebutuhan di era modern.
II. LATAR BELAKANG
Sanggar Shyamalaganga sebagai bagian dari kesenian akan terus hadir di tengah-tengah kehidupan manusia, terutama mereka yang bergiat di dalamnya. Eksistensi sebuah kegiatan seni tak pernah lepas dari peran serta sosial masyarakat (yang selalu menjadi pandangan dalam melahirkan karya seni dan kreatifitas) juga ketika seni itu dihadirkan kembali oleh penggiat seni yang akan dikonsumsi banyak orang. Dari sanalah kita akan memandang berbagai aspek kehidupan dengan kaca mata yang berbeda. Kegiatan seni pula yang memaparkan berbagai hal tentang kehidupan.
Dalam dunia berkesenian, ada dua bentuk apresiasi, yakni: apresiasi langsung dan apresiasi tidak langsung. Apresiasi langsung yaitu dengan cara mendatangi secara langsung pagelaran yang disajikan oleh kreator (seniman) tertentu pada sebuah tempat atau gedung pertunjukan sehingga terlihat antusias seseorang dalam menghargai dan rasa ingin tahu tentang seni yang dipertunjukan tersebut, selain itu sebagai penikmat yang menikmati pertunjukan. Dan apresiasi tidak langsung, yaitu dengan cara menyaksikan karya seni melalui media tertentu, seperti foto, video, atau media yang lain serta memberikan dukungan kepada penggiat tersebut atau kepada komunitas tersebut untuk kemajuan dan proses mereka berkegiatan, sehingga dengan bantuan dari pihak ketiga menjadi penyemangat pengurus komunitas tersebut untuk terus memajukan visi dan misi mereka. Untuk itu sangat diperlukan apresiasi untuk sebuah karya dan komunitas untuk terus berkegiatan.
Berangkat dari pemahaman tersebut, sebuah kegiatan seni dalam memaknai kehadirannya selalu tampil dengan berbagai kegiatan dan berbagai hal yang dihasilkannya, sebut saja karya, pameran, festival, dan juga pementasan. Begitu juga dengan bidang-bidang yang ada di sanggar akan hadir dengan berbagai pertunjukannya.
Sanggar merupakan sebuah wadah kesenian yang memerlukan kerja kolektif (gotong-royong), kerja sama tim (team work). Sanggar Shyamalaganga merupakan suatu bentuk kreatifitas seni yang multi-media, yang menampung berbagai macam bentuk seni; seni sastra (teks naskah), seni tari (koreografi), suara (vokal), dan seni musik, seni instalasi, arsitektur, cahaya, kostum, dan tentu saja seni peran (akting). Untuk menampikam semua itu memerlukan “proses” mengolaborasikan teks-teks (segala hal adalah teks) yang mungkin hadir, selama pencarian (proses latihan). Di sinilah, terjadi pula proses pembentukan pribadi, perluasan wawasan berfikir, komunikasi positif yang cukup intensif dan penyampaian amanat atau pesan dapat yang diupayakan untuk dikembangkan.
Pada kesempatan ini Shyamalaganga akan berkomitment mempertahankan seni tradisional Minangkabau, memajukan seni-seni tradisional, mengembangkan kepada masyarakat luas, dan mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan budaya sendiri. Sehingga tanggung jawab sebagai makhluk sosial tercukupi “berkembang tanpa harus menghapus”. Selain itu juga sebagai bukti kreativitas anak nagari yang di wadahi oleh Shyamalaganga untuk terus berproses dan berkarya serta membangun nagari.
Suatu hal yang paling penting dan menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat adalah menghapus budaya barat yang semakin terus mengikis budaya sendiri. Sehingga dengan adanya Sanggar Seni Anak Nagari Koto Tangah Simalanggang “Shyamalaganga ” dapat menjadi salah satu tempat membangun karakter masyarakat, anak-anak khususnya yang dapat mengubah pola pikir dan kreatifitas yang positif.
III. TUJUAN
Tujuan dari Sanggar Anak Nagari Koto Tangah Simalanggang “Shyamalaganga ” adalah :
IV. SASARAN
Sasaran dari sanggar Shyamalaganga ini adalah :
Bagi Masyarakat Nagari khususnya dan masyarakat luar Nagari Koto Tangah Simalanggang pada umumnya jika ada yang berkeinginan untuk memeriahkan pestanya dengan penampilan kesenian tradisional seperti tari-tarian, talempong dan lain sebagainya. Dapat menghubungi kontak yang ada pada artikel ini.(silvia ningsih)
Nara Hubung :
Yulfakhriza, S.Pd (Ibuk Riza) 0813 7106 3391
Silvia Ningsih, S.Hum (Nining) 0852 7257 4365